<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20981957\x26blogName\x3dsikunyuk\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://sikunyuk.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://sikunyuk.blogspot.com/\x26vt\x3d-6106794070155496258', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>




Thursday, March 29, 2007
---------------------

Namaku Izrail

"Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan bila dia datang, maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia mendatangimu sedang engkau dalam keadaan lengah" (Nasihat Luqman kepada anaknya)

Kamu seringkan menyedot minuman dari dalam botol? Persis! Seperti itulah aku menarik ruh manusia dari tubuhnya. Saat itu kulakukan, seluruh sel-sel genetis tubuhmu mulai dari ujung kaki, sedikit demi sedikit akan mati.

Maka, jemari kakilah yang akan mengalami kematian pertama kali, baru kemudian bergerak ke telapak kaki, tungkai, kemudian ke betis, lalu paha dan seterusnya. Pada keadaan ruh kutarik, ujung-ujung kaki akan mengejang, kaku. Dengan cara yang sama setiap bagian tubuh pelan-pelan akan kesakitan amat sangat dan kemudian mati rasa, bertanda ruh sudah melalui bagian itu.

Maka, berpisahnya tubuh dengan ruh akan terjadi setelah ruh dan tubuh merasakan sakit yang sangat dahsyat. Bagaimana rasanya. Susah kugambarkan, karena aku cuma melihat saja, kan aku yang mencabut nyawa. Aku cuma melihat saja bagaimana manusia yang kucabut nyawanya berkelojotan dengan berbagai ekspresi rasa sakit yang dia rasakan saat itu. Jadi aku sendiri ndak tahu bagaimana rasanya ketika ruh kutarik dari jasad manusia.

Tapi, baiklah, dari pengalamanku mungkin gambarannya bisa kusimpulkan demikian : Rasanya seperti disayat-sayat karena ruh kehidupanmu, yang menempel disetiap atom tubuhmu, sel-sel genetismu yang menjadi jaringan syaraf, otot, pembuluh darah, persendian, rambut, kulit kepala, kulit yang membungkus tubuhmu, dan semua bagian tubuhmu kutarik-tarik, kubetot-betot dengan keras. Bayangkan saja jika ruhmu enggan meninggalkan dunia, maka semakin enggan, semakin sakitlah rasanya. Kalau ndak percaya, coba saja kamu cubit kulitmu keras-keras. Sakit kan!

Kamu pernah kan mengalami luka disayat. Perih! Begitulah teriakan sebagian dari mereka yang kucabut ruhnya. Tapi luka tersayat yang sering dialami manusia tidak seberapa dibandingkan dengan tercabutnya ruh dari jasadmu dengan paksa. Kalau sayatan luka kan cuma terjadi di sekitar luka saja, itupun sakitnya sudah luar biasa dan terasa di bagian tubuh lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana kalau seluruh sel tubuh terasa disayat-sayat.

Jangan heran kalau manusia akan berkeringat, menjerit, melolong-lolong, meraung-raung, dan menggeliat-geliat berkelojotan ketika ruh ditarik keluar dari kepompong tubuhnya.

Manusia akan terkuras tenaganya, akibat kelelahannya, ia bahkan tak lagi dapat bernafas, ia akan merasakan seperti tertimpa beban berat kesombongan, kedengkian, ketamakan, kemaksiatan, dan kejahilan lainnya. Namun demikian, apabila tubuh kuat, suara yang dikeluarkan ketika bernafas akan berbeda-beda. Ada yang dengan susah payah, ada yang mudah. Sesuai dengan amal yang pernah dilakukan tubuhnya.

Rasa sakit yang tak terkira muncul karena ruh yang lembut menjadi jinak dan menyatu setelah berhubungan dengan tubuh. Keduanya kemudian bercampur dan saling merasuki satu sama lain, sehingga keduanya seperti menjadi sesuatu yang satu. Ruh dan jasad menjadi melekat. Keduanya tak akan terpisahkan, kecuali dengan suatu upaya penarikan yang kuat, sehingga manusia merasakannya sebagai suatu kepayahan yang amat sangat dan sakit yang luar biasa.

Ketahuilah, kesukaanmu akan syahwat, nafsu dan materi serta keduniawian cenderung akan semakin melekatkan ruhmu dalam jasadmu. Kenapa demikian, ini karena atom-atom tubuhmu semakin memiliki energi yang tinggi, sehingga ikatan-ikatan atomis dalam tubuhmu akan semakin kuat.

Dikatakan bahwa tubuhmu menyimpan energi dalam yang berlebihan, sehingga seringkali energi berlebihan ini melonjak-lonjak dengan liar dan menumbuhkan berbagai syahwat dan nafsu.

Kromosom-kromosommu akan terganggu, kode-kodenya yang asli akan jungkir balik, bahkan akibat langsungnya akan muncul menjadi berbagai penyakit yang payah seperti kanker, jantung, atau pikun. Itulah yang akan mencelakakanmu, akan menyiksamu.

Jadi semakin lekat ruh dalam jasad maka semakin sakitlah engkau rasakan ketika aku menarik-nariknya karena keengganan ruhmu meninggalkan jasadmu. Setelah rasa sakit tak terkira dan kekuatan jasad menurun, suara akan berangsur hilang, dan setiap bagian tubuh perlahan-lahan akan menjadi kaku.

Sakitnya penarikan ruh memang menggentarkan siapapun juga. Jangankan manusia biasa, para nabi dan rasul pun menggigil ketakutan manakala aku datang. Karena alasan itulah, seorang nabi yang paling dimuliakan diantara nabi-nabi dan rasul-rasul, Muhammad SAW, memohon kepada Allah SWT agar membebaskan beliau dari penderitaan dan kepedihan kematian.

Beliaupun sudah mengingatkan, "Perbanyaklah mengingat sesuatu yang menghancurkan kelezatan, yakni kematian." Banyak orang arif dan ulama yang membuat syair tentang hilangnya kelezatan ketika aku datang. Kata mereka,
Ingatlah kematian yang menghancurkan kelezatan
Dan bersiaplah untuk kematian yang akan datang
Wahai yang hatinya lalai dari mengingat kematian
Ingatlah tempatmu sebelum tiba saat perjumpaan
Bertobatlah kepada Allah dari kelalaian dan segala yang lezat
Sesungguhnya kematian sangatlah dekat
Ingatlah musibah hari-hari dan saat-saat yang terlewat
Jangan merasa tenang dengan dunia dan perhiasannya yang melekat [17].

Dalam Al-Qur'an, Allah menggambarkan kesakitan saat penarikan ruh dalam firman dengan gambaran berikut "Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (QS 75:29)", yang banyak ditafsirkan oleh ulama sebagai berhimpunnya rasa sakit sakratul maut dengan kerugian karena melepaskan ridha Allah.

Allah menyebut keadaan tersebut dengan "sakrah", karena sakitnya kematian disertai dengan keburukan yang dihimpun akan membuat semaput pemiliknya, sehingga biasanya kesadarannya hilang. Allah berfirman, "Dan datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya (QS 50:19)"[17].
Bagaimana gambaran yang jelas mengenai rasa sakit dan penderitaan kematian memang bermacam-macam. Sehingga terdapat gambaran yang tidak persis sama, namun intinya serupa yaitu suatu rasa sakit yang tak terkirakan. Kamu mungkin dapat menyimak dari beberapa kisah tentang kematian berikut ini.

Hasan bin Ali pernah mendengar sabda Nabimu yang mulia yang mengatakan padanya bahwa "pedihnya kematian setara dengan luka-luka tiga ratus tusukan pedang". Ali Bin Abu Thalib kwj. bahkan menyebutkan setara dengan seribu pukulan pedang. Bisa kamu bayangkan bukan bagaimana sakitnya. Jangankan dipukul pedang, lha luka tergores silet saja bisa membuat manusia mengaduh-aduh nggak karuan, apalagi dipukul-pukul seribu kali dengan pedang.

---------------------

---------------------

[ L I N K ]